Manifesto Kolektif Semai

Untuk masa depan feminis ekososialis dengan membangun solidaritas kolektif.

  1. Semai mengakui bahwa peradaban manusia selama ini dibangun di atas basis kepentingan segelintir orang—laki-laki, kulit putih, cisgender, heteroseksual, kelas pemilik modal, dan nondisabilitas—yang terejawantahkan dalam sistem kapitalisme yang berorientasi pada akumulasi profit, pertumbuhan tak terbatas, dan eksploitasi alam serta manusia. Lebih dari itu, Semai juga mengakui bahwa sistem ekonomi kapitalistik ini bersekongkol dengan beragam bentuk struktur/sistem opresi lainnya, seperti rasisme, cisheteropatriarki, ableisme, kolonialisme, imperialisme, dan lain-lain, sehingga membuat adanya praktik penyingkiran terhadap kelompok-kelompok tertentu.

  2. Semai percaya bahwa sistem ekonomi seharusnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mendasar seluruh manusia, terutama kelompok-kelompok yang mengalami sejarah ketertindasan dan pemingggiran, dengan tetap menghormati batasan-batasan ekologis yang mewujud dalam bentuk daya dukung, daya tampung, dan daya lenting planet Bumi. Sistem ekonomi kapitalistik yang selama ini berkarakter degeneratif, terobsesi dengan pertumbuhan tak terbatas, dan hanya melayani kepentingan sebagian kecil manusia harus dibongkar habis dan dirancang ulang melalui kerangka ekososialisme. Untuk merealisasikan sistem ekonomi semacam ini, Semai percaya bahwa manusia perlu merombak pandangannya tentang hubungan antara dirinya dan alam sekaligus juga hubungan antara dirinya dan sesama manusia secara besar-besaran. Alih-alih melanggengkan cara pikir tamak yang selalu memusatkan kepentingan egoisnya dengan terus-menerus mengakumulasi profit dan mengekspansi kapital, manusia harus mulai merekognisi ketertanaman dan ketergantungannya dalam jejaring ekosistem alam yang lebih luas. Sistem ekonomi yang dibangun atas dasar kesadaran ekologis ini harus kemudian difokuskan pada kepemilikan kolektif atas alat produksi, perencanaan demokratis, redistribusi nilai dan manfaat ekonomi, dominasi nilai guna atas nilai tukar, dan penghargaan terhadap kerja-kerja reproduktif serta pengelolaan ruang dan sumber daya secara kolektif.

  3. Oleh karena itu, sebagai kelas pekerja, kita harus mengorganisir diri untuk menumpas sistem kapitalisme yang telah menindas kita semua. Namun, kita juga tidak boleh terperangkap dalam cara pikir esensialisme kelas yang membuat kita mendahulukan perjuangan menghancurkan sistem kapitalisme dan mengabaikan sistem penindasan yang lain. Kami mengakui persekongkolan jahat antara sistem kapitalisme dan berbagai bentuk sistem opresi lainnya. Kami juga mengakui bahwa kelas pekerja tidak bersifat monolitik/tunggal; terdapat ragam identitas di dalamnya, termasuk tetapi tidak terbatas pada perempuan, queer, orang dengan disabilitas, dan lain-lain. Kami berargumen bahwa perjuangan untuk menciptakan peradaban pasca-kapitalis tidak berarti tanpa mengakui pengalaman hidup dan melibatkan perspektif mereka. Dengan demikian, perjuangan politik kelas pekerja harus selalu dibingkai dengan kerangka interseksionalitas.

  4. Kami mengakui pentingnya politik rekognisi mengingat masih bercokolnya beragam bentuk sistem opresi/penindasan yang saling terhubung satu sama lain dan berlandaskan pada kebencian terhadap kelompok orang dengan identitas tertentu. Akan tetapi, kami juga percaya bahwa deprivasi/perampasan material akibat sistem ekonomi kapitalistik yang sebagian besar dari kita telah, sedang, dan akan mengalaminya dapat menjadi 'permadani' untuk kita merajut benang-benang kepentingan kolektif, membangun aliansi, dan bergerak serta berjuang bersama demi tujuan emansipatoris. Oleh karena itu, Semai dengan bangga mengadopsi kerangka pikir feminisme interseksional yang mengakui keterhubungan antara berbagai bentuk sistem penindasan, dan bagaimana kapitalisme menjadi wadah bagi persekongkolan jahat tersebut dapat terjadi.

  5. Semai mengakui bahwa sistem kapitalisme menyembunyikan nilai dari kerja-kerja reproduktif yang sering kali tidak berbayar dan diupah rendah. Sering kali, mereka yang melakukan kerja-kerja reproduktif, seperti perempuan yang menjalankan fungsi perawatan & pengasuhan domestik, masyarakat adat yang merawat hutan agar tetap lestari, dan sebagainya, harus menanggung biaya yang dieksternalisasikan dari pasar dalam sistem kapitalisme. Oleh karena itu, kami mengakui dan menghargai kerja reproduktif yang mencakup kerja perawatan, domestik, dan emosional. Kami melihat kerja reproduktif sebagai kerja yang produktif karena telah memberdayakan kita sebagai manusia dan merawat bumi agar menjadi tempat yang layak ditinggali. Selain itu, kami juga mendorong upaya perawatan kolektif dan komunal untuk mendeprivatisasi kerja domestik dan perawatan. Dengan demikian, Semai mengakui pekerja reproduktif sebagai bagian dari kelas pekerja atau sebagai pekerja meta-industrial yang berperan sentral dalam aliansi bersama pekerja industrial di berbagai sektor serta kelompok lainnya yang mengalami ketertindasan di bawah sistem kapitalisme untuk melawan penindasan dan mencapai keadilan sosial-ekologis.

  6. Dengan demikian, kami menyerukan terbangunnya aliansi antara gerakan buruh, lingkungan, queer, perempuan, dan seluruh masyarakat sipil untuk merapatkan barisan melawan penindasan terhadap alam, manusia, dan seluruh makhluk demi pembebasan kolektif dengan merampas perkakas para penindas sebagai upaya membangun kembali dunia yang adil, setara, dan inklusif!

Selayaknya daur hidup semaian benih yang akan melalui proses berkecembah, bertunas, dan terus berkembang menjadi tetumbuhan dewasa, Manifesto ini adalah sebuah dokumen hidup yang akan terus berkembang dan terbuka pada perbaikan dan pembaharuan.